MAKALAH ALIRAN ASY'ARIAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah, taufik, dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami
bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana.
Makalah ini kami beri judul “Aliran Asy’ariyah” dengan tujuan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Ilmu Kalam.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak
di hari kiamat.
Selanjutnya
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ahmad Furqon, selaku guru
pengajar Mata Pelajaran Ilmu Kalam, yang telah membimbing kami.Dan kepada semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Saya mohon ma’af yang
sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya.
Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi
pembaca.
Sago,28
Juli 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar
Isi.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang..................................................................................................................3
B.
Rumusan
Masalah.............................................................................................................3
C.
Tujuan
Penulisan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi aliran Asy’ariyah .................................................................................................4
·
Pengertian dan Latar belakang munculnya aliran
Asy’ariyah................................4
B. Dalil yang digunakan oleh Asy’ariyah……………………....................................................4
C. Uraian tentang aliran Asy’ariyah..........................................................................................
5
·
Paham
Asy’ariyah………………………………………………………………..5
·
Perkembangan Aliran
Asy’ariyah……………………………………………….5
·
Penyebab keluarnya aliran
Asy’ariyah…………………………………………6
·
Ajaran pokok
Asy’ariyah……………………………………………………….6
·
Tokoh-tokoh
Asy’ariyah……………………………………………………….7
·
Karya-karya
Asy’ariyah……………………………………………………….8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................10
+
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Beragam aliran teologi yang
tumbuh subur memiliki historisasi yang cukup panjang, semuanya tidak terlepas
dari para pendirinya dan latar belakang yang menyertai sampai pada para
pengikutnya yang memilki loyalitas terhadap aliran tersebut.
Makalah ini akan membahas
tentang aliran Asy’ariyah yang berkembang pada abad ke-4 dan ke-5/ke-10 dan
ke-11. Aliran ini merupakan salah satu aliran yang muncul atas reaksi terhadap
Muktazilah sebagai paham yang memprioritaskan akal sebagai landasan dalam
beragama. Ketidaksepakatan terhadap doktrin-doktrin Mu’tazilah tersebut
memunculkan aliran Asy’ariyah yang dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari.
Doktrin-doktrin yang dikemukan beliau dan para pengikutnya merupakan penengah
diantara aliran-aliran yang ada pada saat itu.
Pada perkembangan selanjutnya
aliran ini banyak dianut oleh mayoritas umat Islam karena dianggap sebagai
aliran Sunni yang mampu mewakili cara berpikir yang diharapkan umat Islam di
tengah-tengah pergolakan hati akibat beberapa aliran yang datang lebih dulu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Aliran Asy’ariyah dan bagaimana latar belakangnya
munculnya aliran Asy’ariyah?
2. Apa saja dalil yang digunakan
oleh aliran asy’ariyah dan apa saja ajaran pokok Asy’ariyah?
3. Siapakah tokoh-tokoh aliran
Asy’ariyah,
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui sejarah latar belakang munculnya aliran Asy’ariyah
2. Mengetahui aliran Asy’ariyah dan perkembangan aliran Asy’ariyah
3. Mengetahui tokoh-tokoh aliran Asy’ariyah
4 Mengetahui ajaran pokok dalam aliran
Asy’ariyah.
5. Mengetahui dalil yang digunakan oleh aliran
Asy’ariyah dan karya-karya Asy’ariyah.
BAB II
PEMBAHASAN
Ø DEFINISI
ALIRAN ASY’ARIYAH
Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Asy’ariyah
Asy’ariyah adalah sebuah aliran yang
menganut iktikad yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan diikuti oleh
sahabat-sahabatnya. Aliran ini dinisbatkan kepada pendirinya yaitu Imam Abul
Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, keturunan Abu Musa al-Asy’ari, seorang tahkim
dalam peristiwa Perang Siffin dari pihak Ali. Dia lahir di kota Bashrah tahun
260 H (873 M) dan meninggal tahun 324 H (935 M) di Baghdad[1].
Pada awalnya ia berguru kepada seorang pendekar Mu’tazilah waktu itu bernama
Abu Ali al-Jubai. Memang dahulunya al-Asy’ari ini merupakan penganut paham
Mu’tazilah, namun terasa baginya sesuatu yang tidak cocok dengan Mu’tazilah
yang pada akhirnya condong kepada ahli fiqih dan ahli hadits.
Setelah lama-lama berpikir dan
merenungkan antara ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan paham ahli-ahli fiqih dan
hadits, maka ketika dia sudah berumur 40 tahun dia bersembunyi di dalam rumahnya
selama 15 hari untuk memikirkan hal tersebut. Tepat pada hari jumat, dia
berdiri di atas mimbar mesjid Bashrah dan secara resmi menyatakan keluar dari
Mu’tazilah.
Kata al-Asy’ari tersebut adalah:
“Wahai masyarakat, barangsiapa mengenal aku, sungguh dia
telah mengenalku. Barangsiapa yang tidak mengenalku maka aku mengenalnya
sendiri. Aku adalah Fulan bin Fulan. Dahulu aku berpendapat bahwa al-Qur’an
adalah makhluk, bahwasanya allah tidak melihat dengan mata, bahwasanya
perbuatan-perbuatan yang jelek aku sendiri yang memperbuatnya. Aku bertaubat
mencabut dan menolak paham-paham mu’tazilah dan keluar darinya”.
Adapun sebab terpenting Asy’ari meninggalkan Mu’tazilah
adalah karena adanya perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa
menghancurkan mereka sendiri, kalau seandainya tidak diakhiri. Dia
mendambagakan kesatuan umat, dia sangat khawatir kalau al-Qur’an dan Hadits
menjadi korban dari paham-paham Mu’tazilah yang dianggapnya semakin menyimpang
dan menyesatkan masyarakat karena Mu’tazilah lebih mementingkan akal fikiran
Ø
DALIL
ALIRAN ASY’ARIYAH
Al-Asy’ary tetap memegangi
pendiriannya. Ia telah menetapkan adanya arah bagi Tuhan. Karena itu tidak ada
kesulitan lagi untuk kemungkinan adanya ru’yat di akhirat, bukan di dunia.
Untuk menguatkan pendapatnya ia mengutamakan dalil-dalil Syara’ dan
dalil-dalil akal fikirannya :
1.
Dalil-dalil Syara’ : Dalil-dalil
yang dikemukakan ialah dalil-dalil yang sebelumnya dipakai aliran Mu’tazilah
untuk meniadakan ru’yat, yaitu ayat 22-23 Qiyamah.
2.
Dalil-dalil akal fikiran :
a.
Al-Ghazali, mengatakan bahwa sesuatu yang dilihat, tidak harus ada pada arah
tertentu dari orang yang melihat.
b.
Al-Juwaini, mengemukakan dalil adanya ru’yat, sebagai berikut: Sesuatu yang
dilihat mata, adakalanya karena segi bendanya saja. atau karena segi warnanya
saja.
Ø URAIAN
ALIRAN ASY’ARIYAH
·
Paham
Asy’ariyah
Paham kaum Asy’ariyah berlawanan
dengan paham Mu’tazilah. golongan Asy’ariyah berpendapat bahwa Allah itu
mempunyai sifat diantaranya, mata, wajah, tangan serta bersemayam di
singgasana. Namun semua ini dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd (tanpa diketahui
bagaimana cara dan batasnya) Aliran Asy’arimengatakan juga bahwa Allah dapat
dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala. Asy’ari menjelaskan bahwa sesuatu
yang dapat dilihat adalah sesuatu yang mempunyai wujud. karena Allah mempunyai
wujud ia dapat dilihat .
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dalil Asy’ariyah untuk menyakinkan
pendapatnya salah
satunya adalah
QS. Ar-Rum ayat 25
وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ
دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit
dan bumi dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil
dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (QS. Ar-Rum ayat 25)
إ
·
Perkembangan Aliran Asy’ariyah
Aliran ini termasuk cepat berkembang
dan mendapat dukungan luas dikalangan sebelum meninggalnya pendiri Aliran
Asy’aiyah itu sendiri yaitu Imam Abu Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari, yang
wafat pada tahun 324 H/934 M. Sepeninggalnya Al-Asy’ari sendiri mengalami
perkembangan dan perubahan yang cepat karena pada akhirnya Asy’ariyah lebih
condong kepada segi akal pikiran murni dari pada dalil nash.
·
Penyebab keluarnya Al-Asy’ari dari
aliran Mu’tazillah
- Pengakuan Al-Asy’ari telah bertemu Rasulullah SAW sebanyak 3 kali. yakni pada malam ke-10, ke-20 dan ke-30 bulan Ramadhan. dalam mimpinya itu Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan paham Mu’tazillah .
- Al-Asy’ari merasa tidak puas terhadap konsepsi aliran Mu’tazilahdalam soal – soal perdebatan yang telah ditulis diatas.
- Karena kalau seandainya Al-Asy’ari tidak meninggalkan aliran Mu’tazillah maka akan terjadi perpecahan dikalangan kaum muslimin yang bisa melemahkan mereka
·
Ajaran-ajaran atau pokok-pokok
pemikiran Asy’ariyah
1. Sifat-sifat Tuhan. Menurut
aliran ini, Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalam
al-Qur’an. Allah mengetahui dengan ‘ilm (ilmu), berkuasa dengan qudrah,
hidup dengan hayah, berkehendak dengan iradah, berkata dengan
kalam, mendengar dengan sama’, melihat dengan bashar, dan
seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah azali, qadim, dan berdiri di
atas zat Tuhan. Sifat itu bukan zat Tuhan, bukan pula selain dari zat-Nya.[3]
2. Al-Qur’an menurut mereka
adalah qadim, bukan makhluk. Dasarnya adalah ayat an-Nahl ayat 40;
$yJ¯RÎ)
$uZä9öqs%
>äóÓy´Ï9
!#sŒÎ)
çm»tR÷Šu‘r&
br&
tAqà)¯R
¼çms9
`ä.
ãbqä3uŠsù
ÇÍÉÈ
Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami
menghendakinya, kami Hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)",
Maka jadilah ia.
3.
Melihat Tuhan bisa dengan mata kepala sendiri di akhirat. Dasarnya adalah
firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 22-23;
×nqã_ãr
7‹Í´tBöqtƒ
îouŽÅÑ$¯R
ÇËËÈ
4’n<Î)
$pkÍh5u‘
×otÏß$tR
ÇËÌÈ
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
Kepada Tuhannyalah mereka Melihat
4. Perbuatan
manusia diciptakan tuhan bukan diciptakan oleh manusia itu sendiri.
Dasarnya adalah surat as-Saffat ayat 96;
ª!$#ur
öä3s)n=s{
$tBur
tbqè=yJ÷ès?
ÇÒÏÈ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu.
5.
Tuhan bertahta di ‘Arsy, mempunyai muka, tangan, mata, dan
sebagainya. Tetapi tidak sama dengan yang ada pada makhluk.
6. Keadilan
Tuhan, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun. Tuhan tidak wajib
memasukkan orang jahat ke neraka dan juga sebaliknya, namun semua itu hanya
kehendak mutlak dari Tuhan karena Dia Maha Kuasa atas segala-galanya.
7. Muslim
yang berdosa besar menurut aliran ini apabila melakukan dosa besar dan
meninggal dunia sebelum bertobat, tetap menjadi mukmin, tidak kafir, tidak pula
berada antara keduanya sebagaimana pendapat Mu’tazilah.
Ø Tokoh-tokoh
Aliran Asy’ariyah
1.
Al-Baqillani
Namanya Abu Bakar Muhammad bin
Tayib, diduga kelahiran kota Basrah, tempat kelahiran gurunya, yaitu
Al-Asy’ari. ia terkenal cerdas otaknya, simpatik dan banyak jasanya dalam
pembelaan agama. Al-Baqillani mengambil teori atom yang telah dibicarakan
oleh aliran mu’tazillah sebagai dasar penetapan kekuasaan Tuhan yang tak
terbatas. Jauhar adalah suatu hal yang mungkin, artinya bisa wujud dan bisa
tidak, seperti halnya aradh. dan menurutnya tiap-tiap aradh mempunyai lawan
aradh pula. Disinilah terjadi mukjizat itu karena mukjizat tidak lain hanyalah
penyimpangan dari kebiasaan.
2.
Al-Juwaini
Namanya Abdul Ma’ali bin Abdillah,
dilahirkan di Naisabur (Iran), kemudian setelah besar pergi kekota Mu’askar dan
akhirnya tinggal di kota Bagdad. kegiatan ilmiahnya meliputi ushul fiqh dan
teologi islam.
Empat hal yang berlaku pada kedua
alam tersebut, alam yang tidak dapat disaksikan dengan alam yang dapat
disaksikan, yaitu:
- Illat : Seperti ada sifat “ilmu” (tahu) menjadi illat (sebab) seseorang dikatakan “mengetahui” (alim).
- Syarat : Sifat “hidup” menjadi syarat seseorang dikatakan mengetahui
- Hakikat : Hakikat orang yang mengetahui ialah orang yang mempunyai sifat “ilmu”
- Akal pikiran : Seperti penciptaan menunjukkan adanya zat yang menciptakan
3.
Al-Ghazaly
Namanya Abu Hamid Muhammad bin Ahmad
Al-Ghazali, gelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H, di Tus kota kecil di
Churassan (Iran). Al-Ghazali adalah ahli pikir islam yang memiliki puluhan
karya seperti Teologi islam, Hukum islam, dll
Sikap Al-Ghazali yang dikemukakan dalam bukunya yang
berjudul Faishalut Tafriqah bainal islam waz zandaqah dan Al-Iqtishad. menurut
Al-Ghazali perbedaan dalam soal – soal kecil baik yang bertalian dengan soal –
soal aqidah atau amalan, bahkan pengingkaran terhadap soal khilaffat yang sudah
disepakati oleh kaum muslimin tidak boleh dijadikan alasan untuk mengkafirkan
orang.
4.As-Sanusy ( 833-895 H / 1427-1499 )
Nama lengkapnya
Abu Abdillah bin Muhammad bin Yusuf. Dilahirkan di Tilasam, sebuah kota di
Al-Jazair. Ia belajar pada ayahnya sendiri dan orang-orang lain terkemuka di
negaarnya, kemudian ia melanjutkan pelajaranya di kota Al-Jazair pada seorang
alim yang bernama Abd. Rahman ats-Tsa’laby.
Ulama Maghrib menganggap ia sebagai pembangun Islam, karena jasa dan
karyanya yang banyak dalam lapangan kepercayaan (aqa’id) dan ketuhanan (ilmu
Tauhid).
Ø Karya
– Karya Aliran Asy’Ariyah
1.
Maqalat al-Islamiyah (Pendapat-pendapat golongan-golongan Islam)
Kitab ini adalah kitab yang pertama
kali dikarang tentang kepercayan-kepercayaan golongan Islam, dan juga merupakan
sumber terpenting karena ketelitian dan kejujuran pengarangnya. Kitab tersebut
di bagi tiga. pertama berisi pendapat bermacam-macam golongan Islam. Kedua
tentang pendirian ahli hadits dan sunnah dan bagian ketiga tentang
bermacam-macam persoalan Ilmu Kalam.
2.
Al-Ibanah’an Ushul Addiyanah (Keterangan tentang dasar-dasar agama)
Kitab ini berisi uraian tentang
kepercayaan ahli Sunnah dan dimulainya dengan memuji Ahmad bin Hanbal dan
menyebutkan kebaikan-kebaikannya. Uraian-uraian kitab ini tidak tersusun rapi,
meskipun menyangkut persoalan-persoalan yang penting dan banyak sekali.
3.
Alluma’ (sorotan)
Kitab ini dimaksudkan untuk membatah
lawan-lawannya dalam beberapa persoalan Ilmu Kalam.
BAB III
KESIMPULAN
AL-ASY’ARIYAH
Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang
dinisbatkan kepada Abul Hasan Al-Asy`ariy.
Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin
Isma’il bin Abi Basyar Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin
Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa Al-Asy’ari, Al-Asy’ari menganut faham Mu’tazilah
hanya sampai ia berusaha 40 tahun.
Sangat jelas di sini Al-Asy’ariyah
lebih mengutamakan Wahyu. Dam Mu’tazilah lebih cenderung kepada Akal. Adapun pandangan-pandangan Asy’ariyah yang berbeda dengan
Muktazilah, di antaranya ialah:
1.
Bahwa Tuhan mempunyai sifat. Mustahil kalau Tuhan mempunyai sifat, seperti yang
melihat, yang mendengar, dan sebagainya, namun tidak dengan cara seperti yang
ada pada makhluk. Artinya harus ditakwilkan lain.
2.
Al-Qur’an itu qadim, dan bukan ciptaan Allah, yang dahulunya tidak ada.
3.
Tuhan dapat dilihat kelak di akhirat, tidak berarti bahwa Allah itu adanya
karena diciptakan.
4.
Perbuatan-perbuatan manusia bukan aktualisasi diri manusia, melainkan
diciptakan oleh Tuhan.
5.
Keadilan Tuhan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan berkuasa mutlak dan
berkehendak mutlak. Apa pun yang dilakukan Allah adalah adil.
6.
Mengenai anthropomorfisme, yaitu memiliki atau melakukan sesuatu seperti yang
dilakukan makhluk, jangan dibayangkan bagaimananya, melainkan tidak seperti apa
pun.
7.
Menolak konsep tentang posisi tengah (manzilah bainal manzilataini), sebaba
tidak mungkin pada diri seseorang tidak ada iman dan sekaligus tidak ada kafir.
Harus dibedakan antara iman, kafir, dan perbuatan. Al Maturidiyah ,baik Samrkhand maupun Bukhara,sepakat
menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan
dalam dirinya.Adapun dalam balasan yang diperolehnya kelak di akhirat
bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia.dalam Aliran
AL-Maturidiyah,berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu tidak kafir dan
tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat.Hal ini karena
Tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan
perbuatannya.kekal di dalam neraka adalah balasan bagi orang yang berbuat dosa
syirik.karena itu,perbuatan dosa besar (selain syirik)tidaklah menjadikan
seseorang kafir atau murtad.Menurut Al Maturidi,Iman itu cukup dengan Tashdiq
dan iqrar,sedangkan Amal adalah penyempurna iman.oleh karena itu,Amal tidak
akan menambah atau mengurangi esensi Iman,kecuali hanya menambah atau
mengurangi sifatnya saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak. Ilmu kalam. Pustaka setia; bandung. 2007
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. 2006
Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta. 2003
Salihun A. Nasir. Pengantar Ilmu Kalam. Raja Grafindo Persada; Jakarta. 1996
§ Imrah Muhammad, Tayyarat,
Al-fikr Al-Islami, Dar Asy’suyuq, Beirut, 1911, Hal. 163
§ Badawi Abdurahman, Mazhab
Al-Islamiyyin , Dar IIm Al-Malayin,1984, Hal . Hal . 104
§ Nasution Harun,Teologi Islam :
Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI 497
§ Hanafi Ahmad, Penghantar
Teologo Islam, Penerbit Al-Husna, Jakarta, 1992,
§ press, Jakarta, 1986 , Hal. 64
§ Anwar Rasihon, Ilmu Kalam,
Setia Pustaka, Bandung , 2012, Hal . 121
§ Amin,
Ahmad, Zhuhr al- Islam, jilid IV, Beirut: Dar al- Fikr,1969
§ Nasir,
Sahilun, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: CV. Rajawali, 1991
§ Asmuni,
Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
§ Rozak,
Abdul, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007
§ Anwar,
Rosihon, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar