Jumat, 04 Maret 2016

TAREKAT DAN TASAWUF BESERTA TOKOH-TOKOHNYA-AKIDAH AKHLAK

 

Pengertian Tarekat

Secara etimologi pengertian tarekat berasal dari bahasa arab “ thariq" yang berarti jalan, cara, keadaan, haluan, aliran pada garis sesuatu. Sedangkan menurut istilah tarekat ialah perjalanan seorang slidik (pengikut tarekat) manuju tuhan dengan cara menyucikan diri. Dengan kata lain tarekat ialah perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Syarat utama yang perlu diperhatikan oleh pengikut tarekat ialah untuk mendekatkan diri pada Tuhan, tidak dibenarkan meninggalkan syari’ah. Untuk itu setiap pengikut tarekat harus dibimbing oleh Syekh Mursyid (pembimbing) yang bertanggungjawab.

Sebaliknya para murid tarekat harus senantiasa berlaku zuhud, tawadhu, banyak berzikir, berwirid dan berdo’a, disamping mengamalkan syariat yang benar agar segalanya dapat terkendali pengikut tarekat. Metode semula dipergunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya sebagaimana halnya mazhab-mazhab dalam bidang fiqh dan firqah dalam bidang kalam. Tarekat merupakan gerakan kesufian popular sebagai bentuk terakhir gerakan tasawuf tampaknya tidak juga tidak begitu muncul.

Jadi yang dimaksud dengan tarekat ialah suatu system dan cara-cara beramal dari irsyad (pembimbing) seorang guru terhadap murid-muridnya yang mengikat dalam suatu mazhab tertentu yang pada dasarnya untuk menjalankan sunnah Rasulullah saw secara optimal dan sungguh-sungguh.



Jenis-jenis Tarekat dan Ajarannya

1 Tarekat Khalawatiyah

Tarekat khalawatiyah didirikan oleh Abdul Qodir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi. Tarekat ini membagi manusia menjadi tujuh tingkatan yaitu:

a. Manusia yang berada dalam nafsul ammarah

Seperti jahil, kikir, sombong, gemar kepada kejahatan dan dipengaruhi syahwat dan sifat-sifat tercela lainnya.

b. Manusia yang berada dalan nafsul lawwamah

Maksudnya mereka yang gemar meninggalkan perbuatan buruk, dan berbuat saleh tetapi suka bemegah-megahan.

c. Manusia yang berada dalam nafsul mulhamah.

d. Manusia yang berada dalam nafsul muthma’innah.

e. Manusia yang berada dalam nafsul radhiyah.

f. Manusia yang berada dalam nafsulmardiyah.

g. Manusia yang berada dalam nafsulkamillah.

Tarekat khalawatiyah ini mengajarka ajaran spiritual yang merupakan gabungan berbagai tekhnik spiritual lainnya.

2 Tarekat Naqsyabandiyah

Pendiri tarekat naqsyabandiyah ini adalah Muhammad bin Baha’uddin Al-huawaisi Al-Bukhari (717-791 H). Naqsyabandiyah ini mempunyai arti yaitu lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib.

Tarekat naqsyabandiyah ini mengajarkan cara berdo’a, baca al-qur’an dan berzikir-zikir yang sangat sederhana. Namun tarekat ini lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan.

Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan Dallam tarekat ini, yaitu:

a. Taubat

b. Uzla

c. Zuhud

d. Takwa

e. Qona’ah dan

f. Taslim.

Hukum yang dijadikan dalam tarekat ini ada enam, yaitu:

a. Zikir

b. Meninggalkan hawa nafsu

c. Meninggalkan kesenangan duniawi

d. Melaksanakan ajaran agama dengan sungguh-sungguh

e. Berbuat baik kepada makhluk Allah

f. Mengerjakan amal kebaikan.

3 Tarekat Qadiriyah

Tarekat qadariyah ialah tarekat yang pertama yang disebut dengan sumber-sumber pribumi. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang ulama yang zahid. Ia mempunyai sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad.. Sejak kecil Syekh Jailani adalah anak yang berbakti pada orang tua, jujur, gemar belajar, dan beramal serta menyayangi fakir miskin dan selalu menjauh dari hal-hal yang bersifat maksiat.

Tarekat ini mengamalkandan mengajarkan zikir dan wirid tertentu, dan mengajarkan cara mengatur nafas pada waktu berzikir. Ajaran ini merupakan adaptasi dari teori emanasi yang tidak lama kemudian sangat popular di Indonesia.
Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu:

• Tinggi cita-cita

• Menjaga kehormatan

• Baik pelayanan

• Kuat pendirian

• Membesarkan nikmat Tuhan

4 Tarekat Rifa’iyah

Tarekat rifa’iyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Ali Al-Rifa’I (1106-500 H). Ciri khas tarekat Rifaiyah adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukan sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan.


5 Tarekat Sammaniyah

Kemunculan tarekat ini bermula dari kegiatan Syekh Muhammad Saman, seorang guru mahsyur yang mengajarkan tarekat di Madinah. Banyak orang Indonesia yang pergi kesana untuk mengikuti pengajarannya. Sebagai guru besar tasawuf, syekh Muhammad Saman terkenal akan kesalehannya, kezuhudan, dan kekeramatannya.

Tarekat sammaniyah ini juga mewiridkan bacaan zikir yang biasanya dilakukan secara bersama-sama pada malam jum’at di masjid dan mushalla sampai tengah malam. Selain itu ibadah yang diamalkan oleh syekh yang diikuti oleh murid-muridnya sebagai tarekat antara lain sholat sunat asyraq dua raka’at, sholat sunnah dhuha, memperbanyak rhiadhah, dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi.

6 Tarekat Syaziliyah

Pendiri tarekat syaziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy;Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Ia dilahirkan pada 573 H disuatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazali sangat saleh dan alim. Tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuhnya dan wajahnya mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Pengikut tarekat ini sangat luar biasa banyaknya.

Tarekat syaziliyah merupakan tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada syekh tarekat seperti di bawah ini:

a. Meninggalkan segala perbuatan maksiat

b. Memelihara segala ibadah wajib

c. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah

d. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin

e. Membaca shalawat.

7 Tarekat Tijaniyah

Pendiri tarekat Tijaniyah ialah Abdul Abbas bin Muhammad bin Muchtar At-Tijani (1737-1738), seorang ulama Algeria yang lahir di ‘Ain Mahdi. Keistimewaannya adalah ketika berumur 7 tahun ia sudah menghafal Al-Qur’an, kemudian mempelajari pengetahuan islam yang lain, sehingga ia menjadi guru dalam usia belia.

Pendiri tarekat ini telah mempelajari rahasia-rahasia bathin, bahkan dalam keadaan terjaga ia bertemu dengan Muhammad saw yang mengajarkannya wirid, istighfar, dan shalawat.

Wirid-wirid yang diajarkan tarekat tijaniyah sangat sederhana seperti istighfar, shalawat, tahlil. Semua wirid tersebut boleh diamalkan dua waktu sehari.
8 Tarekat Syattariyah
v Pendiri Tarekat Syattariyah dan masa hidupnya
Nama Tarekat Syattariyah sering dihubungkan dengan seorang ulama yang mempopulerkan tarekat ini di India, yakni Syâh Abd Allâh al-Syattârî (w. 890 H/1485 M).
v Penyebar di Nusantara dan masa hidupnya
Penyebar Tarekat Syattariyah di Nusantara adalah Abdurrauf al-Singkili (1024 – 1105 H/ 1615 – 1693 M), yang bisa jadi merupakan satu-satunya ulama yang paling otoritatif dalam menyebarkan tarekat ini di wilayah Melayu-Indonesia yang jelas telah menunjukkan posisinya sebagai ulama mumpuni yan dapat mensejajarkan dirinya dengan para ulama besar dari belahan dunia lain. Demikianlah, sejauh menyangkut peyebaran ajaran neo-sufisme melalui Tarekat Syattariyah di wilayah Melayu-Indonesia ini, as-Singkili merupakan figur utama, karena hampir semua silsilah Tarekat Syattariyah bermuara kepada dirinya.
v Daerah yang banyak pengikutnya
Sejak mulai berkembangnya pada abad XVII hingga kini, Tarekat Syattariyah telah tersebar ke berbagai pelosok di Sumatera Barat, mulai dari daerah Padang Pariaman dan Tanah Datar, menyusul kemudian daerah Agam, Solok, Sawah Lunto Sijunjung, Pasaman hingga Pesisir Selatan. Dengan demikian, Tarekat Syattariyah di Sumatera Barat telah memulai penyebarannya melalui jalur daerah pantai pesisir sampai ke darek atau luhak nan tigo, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota.
v Pokok-pokok ajaran
Dalam kitab al-Simt al-Majid al-Qusyasyi berisi aturan dan tata tertib menjadi anggota tarekat, serta juga berisi tuntunan tentang cara zikirnya. Menurutnya, gerbang pertama bagi seseorang untuk masuk ke dunia tarekat adalah Baiat dan Talqin. Di antara tata cara talqin adalah calon murid terlebih dahulu menginap di tempat tertentu yang ditunjuk oleh syaikhnya selama tiga malam dalam keadaan suci (berwudhu).
Setiap malamnya harus melakukan sholat sunnat sebanyak enam rakaat, dengan tiga kali salam. Pada rakaat pertama dari dua rakaat pertama, setelah surah al-Fatihah, membaca surah al-Qadr enam kali. Kemudian pada rakaat kedua, setelah membaca surah al-Fatihah, membaca surah al-Qadr dua kali. Pahala shalat tersebut dihadiahkan kepada Nabi Saw, seraya berharap mendapat pertolongan dari Allah Swt. Selanjutnya, pada rakaat pertama dari dua rakaat kedua, setelah surat al-Fatihah membaca surah al-Kafirun lima kali, dan pada rakaat kedua setelah membaca surah al-Fatihah membaca al-Kafirun tiga kali dan pahalanya dihadiahkan untuk arwah para nabi, keluarga, sahabat serta para pengikutnya.
Terakhir, pada rakaat pertama dari dua rakaat ketiga, setelah surah al-Fatihah membaca surah al-Ikhlas empat kali dan pada rakaat kedua, setelah al-Fatihah membaca surah al-Ikhlas dua kali. Kali ini pahalanya dihadiahkan untuk arwah guru-guru.
9 Tarekat Sanusiyah
Aliran ini  didirikan oleh Syeih Muhammad Assanusi di Algeria. Setelah kematiannya, aliran ini membuat sebuah jaringan pesanggrahan sufi, yg berusaha menyeimbangkan antara gairah spiritual dan kesejahteraan dunia.
Gerakan ini juga terpengaruh dengan tasawuf yang bersih dari syirik dan khurafat seperti bertawassul dengan orang mati dan orang soleh. Gerakan dakwah Islam, islah dan tajdid. Pengasas gerakan ini adalah Muhammad bin Ali as-Sanusi yang bermazhab Maliki, namun beliau akan menyalahi mazhab berkenaan jika di sana ada kebenaran bersama mazhab lain.
10 Tarekat Al Maulawiyah
Aliran ini didirikan oleh Maulana Jalaludin Rummy dari Konya Turki pada tahun 1273 M. Aliran ini paling banyak dijumpai di Anatolia, Turki, Amerika utara. Pengikut aliran ini, dikenal sebagai darwis berkelana.
Mawlana jalaludin rumi muhammad bin hasain al khattabi al bakri (Jalaludin Rumi) atau sering juga disebut Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di balk (sekarang Afganistan). Kesufian Rumid mulai ketika ia sudah berumur cukup tua 48 tahun. Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan-pendewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Dalam sistem pengajarannya, Rumi mempergunakan penjelasan dan latihan mental, pemikiran dan meditasi, kerja dan bermain. Tindakan dan diam. Gerakan-gerakan tubuh pikiran dari para darwis berputar dibarengi dengan musik toup untuk mengiringi gerakan-gerakan tersebut merupakan hasil dari metode khusus yang dirancang untuk membawa seseorang salik mencapai afinitas dengan arus mistis untuk ditransformasikan melalui cara ini.

11 Tarekat Suhrawardiyah
Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi mengikuti disiplin sufi kuno Junaid Al-Baghdadi dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad ke-11 Masehi.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktifitas mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada di antara pecahan terbesar kelompok-kelompok sufi. Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap Realitas'.
12 Tarekat Khalawatiyah
Tarekat Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat Suhrawadiyah yang didirikan di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi, yang tiap kali menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka menganggap dirinya berasal dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya yang terbesar terdapatn di Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini termasuk keluarga Sufi yang ternama. Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan nama Syeikh Maqtul atau seorang tokoh sufi yang oleh kawan-kawannya diberi gelar ulama, dilahirkan di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H. 

Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad, pengarang kitab “Awariful Ma’arif”, sebuah karangan yang sangat mengagumkan dan sangat menarik perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di muat pada akhir karya “Ihya Ulumuddin” yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya dijadikan pokok pegangan dalam suluknya, dan Suhrawardi meninggal pada tahun 638 H .
Tarekat khalwatiyah menetapkan adanya sebuah amalan yang disebut al asma’ al sab’ah (tujuh nama) yakni tujuh macam dzikir atau tujuh tingkatan jiwa yang harus dikembangkan oleh setiap salik
Dzikir pertama :    لا إله إلاالله
Dzikir kedua :  الله   
Dzikir ketiga :  هو (dia)
Dzikir keempat : حقّ (maha benar)
Dzikir kelima :  حيّ   (maha hidup)
Dzikir keenam :   قيوم   (maha jaga)
Dzikir ketujuh :  قهار   (maha perkasa)
Ketujuh tingkatan dzikir ini intinya didasarkan pada ayat AL Qur’an.



MACAM-MACAM TASAWUF
A.      TASAWUF AKHLAKI
Pengertian Tasawuf Akhlaki
Kata “tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau “saling membersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang membutuhkan objek. Objek tasawuf adalah akhlak manusia.
Kemudian kata “ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.
Jadi, jika kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.[1]
Sistem Pembinaan Akhlak
Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
1.      Takhalli

Merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang, yaitu usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela. Hal ini dapat tercapai dengan menjatuhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.
2.      Tahalli

Adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari akhlak-akhlak jelek.
3.      Tajalli

Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli, rangkaian pendidikan akhlak disempurnakan pada fase tajalli. Tahap ini termasuk penyempurnaan kesucian jiwa. Para sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya dapat ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu.
Karakteristik Tasawuf Akhlaki
Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:
1.      Melandaskan diri pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam ajaran-ajarannya, cenderung memakai landasan Qur’ani dan Hadis sebagai kerangka pendekatannya.
2.      Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu keterkaitan antara tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai aspek lahirnya).
3.      Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antartuhan dan manusia.
4.      Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwa dengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan tajalli).
5.      Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat. Terminologi-terminologi yang dikembangkan lebih transparan.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki
1.      Hasan Al-Bashri
Bernama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Adalah seorang zahid yang amat mashyur di kalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada 110 H (728 H).
Ajaran-Ajaran Tasawufnya

Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut:
·         Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa tenteram yang menimbulkan perasaan takut.
·         Dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya.
·         Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha mengerjakannya.
·         Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggal mati suaminya.
·         Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi dan sore hari karena berada diantara dua perasaan takut, yaitu takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.
·         Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, hari kiamat yang akan menagih janjinya.
·         Banyak dukacita di dunia memperteguh semangat amal saleh.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri, Muhammad Mustafa, guru besar filsafat Islam menyatakan bahwa tasawuf Hasan Al-Bashri didasari oleh rasa takut siksa Tuhan di dalam neraka. Setelah di teliti, ternyata bukan perasaan takut yang mendasari tasawufnya tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian dirinya yang mendasari tasawufnya.
2.      Al-Muhasibi
Bernama lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781 M) dan meninggal tahun 243 H (857 M).

Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a.     Makrifat
Al-Muhasibi menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut:
a)          Taat.
b)         Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati.
c)          Khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepda setiap orang yang telah menempuh kedua tahap di atas.
d)         Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan fana’ yang menyebabkan baqa’.
b.    Khauf dan Raja’
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Kahuf dan raja’ dapat dilakukan dengan sempurna hanya dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah.
3.      Al-Ghazali
Bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Beliau dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan di kampung Ghazlah, suatu kota di Khurasan, Iran tahun 450 H (1058 M).

Ajaran Tasawuf Al-Ghazali
Dalam tasawufnya Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW ditambah dengan doktrin Ahlu As-Sunnah wa Al-Jamaah.

Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa serta membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah SWT dan berhias dengan selalu mengingat Allah SWT.

Al-Ghazali menolak paham hulul dan ittihad. Untuk itu, ia menyodorkan paham baru tentang makrifat yaitu pendekatan diri kepada Allah SWT. Jalan menuju makrifat adalah perpaduan ilmu dan amal, sementara buahnya adalah moralitas. Ringkasnya, makrifat menurut Al-Ghazali adalah diawali dalam bentuk latihan jiwa lalu diteruskan dengan menempuh fase-fase pencapaian rohani dalam tingkatan-tingkatan dan keadaan.

Al-Ghazali juga menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa, sehingga sampai pada makrifat yang membantu menciptakan (sa’adah).
4.      Al-Qusyairi
Bernama lengkap ‘Abdu Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishafur dan wafat tahun 465 H.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
·         Mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah.
·         Kesehatan batin.
·         Penyimpangan para sufi.[2]




B.     TASAWUF AMALI
Pengertian Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan di dalam kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yang mendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat berhubungan langsung dengan Allah. Setiap kelompk tarekat memiliki metode, cara dan amalan yang berbeda satu sama lain. Berikut macam-macam maqom yang harus dilalui seorang sufi, yaitu:
·           Al-Maqamat
Untuk mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang panjang dan berat, perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui tahapan-tahapan tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat (stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu dibagi kepada 7 macam, yaitu: Al-Taubah, Al-Wara’, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan Al-Ridho.
·           Al-Ahwal
Al-Ahwal adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karunia Allah, bukan dari usahanya.
Mengenai jumlah dan formasi al-Ahwal ini sebagian besar sufi berpendapat ada delapan, yaitu: Al-Muraqabah, Al-Khauf, Al-Raja’, Al-Syauq, Al-Uns, Al-Thoma’ninah, Al-Musyahadah dan Al-Yakin.[3]
Tokoh-Tokoh Tasawuf Amali
1)      Rabiah Al-Adawiah
Bernama lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Lahir tahun 95 H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat tahun 185 H (801 M).
Rabiah Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.
2)      Dzu Al-Nun Al-Mishri
Bernama lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratan tinggi Mesir tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M).

Al-Mishri membedakan ma’rifat  menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah pendekatan menggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekatan yang menggunakan akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab maa’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia.
3)      Abu Yazid Al-Bustami
Bernama lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami. Lahir di daerah Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat tahun 947 M.
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dalam istilah tasawuf, fana diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dan fana berarti mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah.
4)      Abu Manshur Al-Hallaj
Bernama lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Mashur bin Muhammad Al-Baidhawi. Lahir di Baida sebuah kota kecil di daerah Persia tahun 244 H (855 M)
Diantara ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdad al-wujud (kesatuan wujud) yang di kembangkan Ibnu Arabi.

C.    TASAWUF FALSAFI
Pengertian dan Perkembangan Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya.
Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dalam khazanah Islam sejak abad keenam Hijriah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah seabad kemudian. Sejak saat itu, tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang terutama di kalangan para sufi yang juga filsuf, sampai menjelang akhir-akhir ini.

Menurut At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.
            Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi
1)        Ibnu Arabi
       Bernama lengkap Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 M. Di antara karya monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang di tulis tahun 1201, dan masih banyak karya lainnya.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a)      Wahdat Al Wujud

Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdat al-wujusd (kesatuan wujud). Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada hakikatnya adalah wujud Khaliq.
b)      Haqiqah Muhammadiyyah

Ibnu Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari ajaran Haqiqah Muhammadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, wujud tuhan sebagai wujud mutlak yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat kepada suatu apapun.

Kedua, wujud Haqiqah Muhammadiyyah sebagai emansi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya.
c)      Wahdatul Adyan

Adapun yang berkenaan dengan konsepnya wahdat al-adyan (kesamaan agama), Ibnu Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat Muhammadiyyah. Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah.
2)        Al-Jili
       Bernama lengkap ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Lahir pada tahun 1365 M di Jilan (Gilan) sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspi dan wafat tahun 1417 M.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a)      Insan Kamil

Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna). Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah bagaikan cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya sendiri, kecuali melalui cermin itu.
b)      Maqamat (Al-Martabah)
Al-Jili merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menurut istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkat itu adalah: islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.[4]
3)        Ibnu Sab’in
       Bernama lengkap ‘Abdul Haqq Ibnu Ibrahim Muhammad Ibnu Nashr, ia dilahirkan tahun 614 H (1217-1218 M) di kawasan Murcia.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a)      Kesatuan Mutlak

Ibnu Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf filosof, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial pahamnya sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata.
b)      Penolakan Terhadap Logika Arisotelian
Paham Ibnu Sab’in tentang kesatuan mutlak telah mebuatnya menolak logika Aristotelian. Oleh karena it dalam karyanya “Budd Al-‘Arif” ia berusaha menyusun suatu logika baru yang bercorak iluminatif, sebagai pengganti logika yang berdasarkan pada konsepsi jamak. Ibnu Sab’in berpendapat bahwa logika barunya tersebut, yang dia sebut juga dengan logika pencapaian kesatuan mutlak, tidak termasuk kategori logika yang bisa dicapai dengan penalaran, tetapi termasuk penalaran Ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang belum pernah dilihatnya maupun mendengar apa yang belum di dengarnya.
 d.      Al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn al-Ghazali. Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi gelar Hujjatul Islam. Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai pemintal wol. Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan al-Ghazzali (yang pemintal wol), sekalipun dia terkenal pula dengan al-Ghazali, sebagaimana diriwayatkan al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab, yang dinisbatkan pada suatu kawasan yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali lahir di Thus, kawasan Khurasan, tahun 1059 M. Ia pernah belajar kepada Imam al-Haramain al-Juwaini, seorang guru besar di Madrasah al-Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu agama, al-Ghazali mempelajari teologi, pengetaauan alam, filsafat dan lain-lain, tetapi akhirnya ia memilih tasawuf sebagai jalan hidupnya. Setelah bertahun-tahun menggembara sebagai sufi, ia kembali ke Tus di tahun 1105 M dan meninngal di sana tahun 1111 M.
Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup banyak, yang paling penting adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun moral agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-Dhalal, dimana ia menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj al-‘Abidin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar  dan sebagainya.