TAREKAT DAN TASAWUF BESERTA TOKOH-TOKOHNYA-AKIDAH AKHLAK
Pengertian Tarekat
Secara etimologi pengertian tarekat berasal dari bahasa arab “ thariq"
yang berarti jalan, cara, keadaan, haluan, aliran pada garis sesuatu. Sedangkan
menurut istilah tarekat ialah perjalanan seorang slidik (pengikut tarekat)
manuju tuhan dengan cara menyucikan diri. Dengan kata lain tarekat ialah
perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri pada
Tuhan.
Syarat utama yang perlu diperhatikan oleh pengikut tarekat ialah untuk
mendekatkan diri pada Tuhan, tidak dibenarkan meninggalkan syari’ah. Untuk itu
setiap pengikut tarekat harus dibimbing oleh Syekh Mursyid (pembimbing) yang
bertanggungjawab.
Sebaliknya para murid tarekat harus senantiasa berlaku zuhud, tawadhu, banyak
berzikir, berwirid dan berdo’a, disamping mengamalkan syariat yang benar agar
segalanya dapat terkendali pengikut tarekat. Metode semula dipergunakan oleh
seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya sebagaimana halnya
mazhab-mazhab dalam bidang fiqh dan firqah dalam bidang kalam. Tarekat
merupakan gerakan kesufian popular sebagai bentuk terakhir gerakan tasawuf
tampaknya tidak juga tidak begitu muncul.
Jadi yang dimaksud dengan tarekat ialah suatu system dan cara-cara beramal dari
irsyad (pembimbing) seorang guru terhadap murid-muridnya yang mengikat dalam
suatu mazhab tertentu yang pada dasarnya untuk menjalankan sunnah Rasulullah
saw secara optimal dan sungguh-sungguh.
Jenis-jenis Tarekat dan Ajarannya
1 Tarekat Khalawatiyah
Tarekat khalawatiyah didirikan oleh Abdul Qodir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi.
Tarekat ini membagi manusia menjadi tujuh tingkatan yaitu:
a. Manusia yang berada dalam nafsul ammarah
Seperti jahil, kikir, sombong, gemar kepada kejahatan dan dipengaruhi syahwat
dan sifat-sifat tercela lainnya.
b. Manusia yang berada dalan nafsul lawwamah
Maksudnya mereka yang gemar meninggalkan perbuatan buruk, dan berbuat saleh
tetapi suka bemegah-megahan.
c. Manusia yang berada dalam nafsul mulhamah.
d. Manusia yang berada dalam nafsul muthma’innah.
e. Manusia yang berada dalam nafsul radhiyah.
f. Manusia yang berada dalam nafsulmardiyah.
g. Manusia yang berada dalam nafsulkamillah.
Tarekat khalawatiyah ini mengajarka ajaran spiritual yang merupakan gabungan
berbagai tekhnik spiritual lainnya.
2 Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri tarekat naqsyabandiyah ini adalah Muhammad bin Baha’uddin Al-huawaisi
Al-Bukhari (717-791 H). Naqsyabandiyah ini mempunyai arti yaitu
lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib.
Tarekat naqsyabandiyah ini mengajarkan cara berdo’a, baca al-qur’an dan
berzikir-zikir yang sangat sederhana. Namun tarekat ini lebih mengutamakan
zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan.
Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan Dallam
tarekat ini, yaitu:
a. Taubat
b. Uzla
c. Zuhud
d. Takwa
e. Qona’ah dan
f. Taslim.
Hukum yang dijadikan dalam tarekat ini ada enam, yaitu:
a. Zikir
b. Meninggalkan hawa nafsu
c. Meninggalkan kesenangan duniawi
d. Melaksanakan ajaran agama dengan sungguh-sungguh
e. Berbuat baik kepada makhluk Allah
f. Mengerjakan amal kebaikan.
3 Tarekat Qadiriyah
Tarekat qadariyah ialah tarekat yang pertama yang disebut dengan sumber-sumber
pribumi. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang
ulama yang zahid. Ia mempunyai sekolah untuk melakukan suluk dan
latihan-latihan kesufian di Baghdad.. Sejak kecil Syekh Jailani adalah anak
yang berbakti pada orang tua, jujur, gemar belajar, dan beramal serta
menyayangi fakir miskin dan selalu menjauh dari hal-hal yang bersifat maksiat.
Tarekat ini mengamalkandan mengajarkan zikir dan wirid tertentu, dan
mengajarkan cara mengatur nafas pada waktu berzikir. Ajaran ini merupakan
adaptasi dari teori emanasi yang tidak lama kemudian sangat popular di
Indonesia.
Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah
yaitu:
• Tinggi cita-cita
• Menjaga kehormatan
• Baik pelayanan
• Kuat pendirian
• Membesarkan nikmat Tuhan
4 Tarekat Rifa’iyah
Tarekat rifa’iyah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Ali Al-Rifa’I
(1106-500 H). Ciri khas tarekat Rifaiyah adalah pelaksanaan zikirnya yang
dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir
tersebut dilakukan sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan
perbuatan-perbuatan yang menakjubkan.
5 Tarekat Sammaniyah
Kemunculan tarekat ini bermula dari kegiatan Syekh Muhammad Saman,
seorang guru mahsyur yang mengajarkan tarekat di Madinah. Banyak orang
Indonesia yang pergi kesana untuk mengikuti pengajarannya. Sebagai guru besar
tasawuf, syekh Muhammad Saman terkenal akan kesalehannya, kezuhudan, dan
kekeramatannya.
Tarekat sammaniyah ini juga mewiridkan bacaan zikir yang biasanya dilakukan
secara bersama-sama pada malam jum’at di masjid dan mushalla sampai tengah
malam. Selain itu ibadah yang diamalkan oleh syekh yang diikuti oleh
murid-muridnya sebagai tarekat antara lain sholat sunat asyraq dua raka’at,
sholat sunnah dhuha, memperbanyak rhiadhah, dan menjauhkan diri dari kesenangan
duniawi.
6 Tarekat Syaziliyah
Pendiri tarekat syaziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy;Syazili, seorang
ulama dan sufi besar. Ia dilahirkan pada 573 H disuatu desa kecil di kawasan
Maghribi. Ali Syazali sangat saleh dan alim. Tutur katanya enak didengar dan
mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuhnya dan wajahnya mencerminkan
keimanan dan keikhlasan. Pengikut tarekat ini sangat luar biasa banyaknya.
Tarekat syaziliyah merupakan tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan
kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada syekh tarekat seperti
di bawah ini:
a. Meninggalkan segala perbuatan maksiat
b. Memelihara segala ibadah wajib
c. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah
d. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin
e. Membaca shalawat.
7
Tarekat Tijaniyah
Pendiri tarekat Tijaniyah ialah Abdul Abbas bin Muhammad bin Muchtar
At-Tijani (1737-1738), seorang ulama Algeria yang lahir di ‘Ain Mahdi.
Keistimewaannya adalah ketika berumur 7 tahun ia sudah menghafal Al-Qur’an,
kemudian mempelajari pengetahuan islam yang lain, sehingga ia menjadi guru
dalam usia belia.
Pendiri tarekat ini telah mempelajari rahasia-rahasia bathin, bahkan dalam
keadaan terjaga ia bertemu dengan Muhammad saw yang mengajarkannya wirid,
istighfar, dan shalawat.
Wirid-wirid yang diajarkan tarekat tijaniyah sangat sederhana seperti
istighfar, shalawat, tahlil. Semua wirid tersebut boleh diamalkan dua waktu
sehari.
8 Tarekat
Syattariyah
v Pendiri Tarekat Syattariyah dan masa hidupnya
Nama Tarekat Syattariyah sering dihubungkan dengan seorang
ulama yang mempopulerkan tarekat ini di India, yakni Syâh Abd Allâh al-Syattârî
(w. 890 H/1485 M).
v Penyebar di Nusantara dan masa
hidupnya
Penyebar Tarekat Syattariyah di Nusantara adalah Abdurrauf
al-Singkili (1024 – 1105 H/ 1615 – 1693 M), yang bisa jadi merupakan
satu-satunya ulama yang paling otoritatif dalam menyebarkan tarekat ini di
wilayah Melayu-Indonesia yang jelas telah menunjukkan posisinya sebagai ulama
mumpuni yan dapat mensejajarkan dirinya dengan para ulama besar dari belahan
dunia lain. Demikianlah, sejauh menyangkut peyebaran ajaran neo-sufisme melalui
Tarekat Syattariyah di wilayah Melayu-Indonesia ini, as-Singkili merupakan
figur utama, karena hampir semua silsilah Tarekat Syattariyah bermuara kepada
dirinya.
v Daerah yang banyak pengikutnya
Sejak mulai berkembangnya pada abad XVII hingga kini,
Tarekat Syattariyah telah tersebar ke berbagai pelosok di Sumatera Barat, mulai
dari daerah Padang Pariaman dan Tanah Datar, menyusul kemudian daerah Agam,
Solok, Sawah Lunto Sijunjung, Pasaman hingga Pesisir Selatan. Dengan demikian,
Tarekat Syattariyah di Sumatera Barat telah memulai penyebarannya melalui jalur
daerah pantai pesisir sampai ke darek atau luhak nan tigo, yaitu
Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota.
v Pokok-pokok ajaran
Dalam kitab al-Simt al-Majid al-Qusyasyi berisi aturan dan
tata tertib menjadi anggota tarekat, serta juga berisi tuntunan tentang cara
zikirnya. Menurutnya, gerbang pertama bagi seseorang untuk masuk ke dunia
tarekat adalah Baiat dan Talqin. Di antara tata cara talqin adalah calon murid
terlebih dahulu menginap di tempat tertentu yang ditunjuk oleh syaikhnya selama
tiga malam dalam keadaan suci (berwudhu).
Setiap malamnya harus melakukan sholat sunnat sebanyak enam
rakaat, dengan tiga kali salam. Pada rakaat pertama dari dua rakaat pertama,
setelah surah al-Fatihah, membaca surah al-Qadr enam kali. Kemudian pada rakaat
kedua, setelah membaca surah al-Fatihah, membaca surah al-Qadr dua kali. Pahala
shalat tersebut dihadiahkan kepada Nabi Saw, seraya berharap mendapat
pertolongan dari Allah Swt. Selanjutnya, pada rakaat pertama dari dua rakaat
kedua, setelah surat al-Fatihah membaca surah al-Kafirun lima kali, dan pada rakaat
kedua setelah membaca surah al-Fatihah membaca al-Kafirun tiga kali dan
pahalanya dihadiahkan untuk arwah para nabi, keluarga, sahabat serta para
pengikutnya.
Terakhir, pada rakaat pertama dari dua rakaat ketiga,
setelah surah al-Fatihah membaca surah al-Ikhlas empat kali dan pada rakaat
kedua, setelah al-Fatihah membaca surah al-Ikhlas dua kali. Kali ini pahalanya
dihadiahkan untuk arwah guru-guru.
9 Tarekat Sanusiyah
Aliran
ini didirikan oleh Syeih Muhammad Assanusi di Algeria. Setelah
kematiannya, aliran ini membuat sebuah jaringan pesanggrahan sufi, yg berusaha
menyeimbangkan antara gairah spiritual dan kesejahteraan dunia.
Gerakan ini juga terpengaruh dengan tasawuf yang
bersih dari syirik dan khurafat seperti bertawassul dengan orang mati dan orang
soleh. Gerakan dakwah Islam, islah dan tajdid. Pengasas gerakan ini adalah
Muhammad bin Ali as-Sanusi yang bermazhab Maliki, namun beliau akan menyalahi
mazhab berkenaan jika di sana ada kebenaran bersama mazhab lain.
10 Tarekat Al Maulawiyah
Aliran
ini didirikan oleh Maulana Jalaludin Rummy dari Konya Turki pada tahun 1273 M.
Aliran ini paling banyak dijumpai di Anatolia, Turki, Amerika utara. Pengikut
aliran ini, dikenal sebagai darwis berkelana.
Mawlana jalaludin rumi muhammad bin hasain al khattabi
al bakri (Jalaludin Rumi) atau sering juga disebut Rumi adalah seorang penyair
sufi yang lahir di balk (sekarang Afganistan).
Kesufian
Rumid mulai ketika ia sudah berumur cukup tua 48 tahun. Sebagai tokoh sufi,
Rumi sangat menentang pendewaan-pendewaan akal dan indera dalam menentukan
kebenaran. Dalam sistem pengajarannya, Rumi mempergunakan
penjelasan dan latihan mental, pemikiran dan meditasi, kerja dan bermain.
Tindakan dan diam. Gerakan-gerakan tubuh pikiran dari para darwis berputar dibarengi
dengan musik toup untuk mengiringi gerakan-gerakan tersebut merupakan hasil
dari metode khusus yang dirancang untuk membawa seseorang salik mencapai
afinitas dengan arus mistis untuk ditransformasikan melalui cara ini.
11 Tarekat Suhrawardiyah
Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi mengikuti disiplin sufi kuno
Junaid Al-Baghdadi dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad ke-11 Masehi.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktifitas
mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut
Suhrawardi ada di antara pecahan terbesar kelompok-kelompok sufi.
Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam
secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap Realitas'.
12 Tarekat Khalawatiyah
Tarekat
Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat Suhrawadiyah yang didirikan di
Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi, yang tiap kali
menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka menganggap dirinya berasal
dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya yang terbesar terdapatn di
Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini termasuk keluarga Sufi
yang ternama. Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan nama Syeikh Maqtul atau
seorang tokoh sufi yang oleh kawan-kawannya diberi gelar ulama, dilahirkan di
Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H.
Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar
Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad, pengarang kitab
“Awariful Ma’arif”, sebuah karangan yang sangat mengagumkan dan sangat menarik
perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di muat pada akhir karya
“Ihya Ulumuddin” yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya
dijadikan pokok pegangan dalam suluknya, dan Suhrawardi meninggal pada tahun
638 H .
Tarekat khalwatiyah menetapkan adanya sebuah amalan
yang disebut al asma’ al sab’ah (tujuh nama) yakni tujuh macam dzikir atau
tujuh tingkatan jiwa yang harus dikembangkan oleh setiap salik
Dzikir pertama : لا إله إلاالله
Dzikir kedua : الله
Dzikir ketiga : هو (dia)
Dzikir keempat : حقّ (maha benar)
Dzikir kelima : حيّ (maha hidup)
Dzikir keenam : قيوم (maha jaga)
Dzikir ketujuh : قهار (maha perkasa)
Ketujuh tingkatan dzikir ini intinya didasarkan pada
ayat AL Qur’an.
MACAM-MACAM TASAWUF
A.
TASAWUF AKHLAKI
Pengertian
Tasawuf Akhlaki
Kata
“tasawuf” dalam bahasa Arab adalah bisa “membersihkan” atau “saling
membersihkan”. Kata “membersihkan” merupakan kata kerja yang membutuhkan objek.
Objek tasawuf adalah akhlak manusia.
Kemudian
kata “ahlaq” juga berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai,
budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.
Jadi, jika
kata “tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase
yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki ini bermakna
membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.[1]
Sistem
Pembinaan Akhlak
Dalam
tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
1.
Takhalli
Merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang, yaitu usaha
mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela. Hal ini dapat tercapai
dengan menjatuhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha
melenyapkan dorongan hawa nafsu.
2.
Tahalli
Adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan
sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa
dikosongkan dari akhlak-akhlak jelek.
3.
Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli,
rangkaian pendidikan akhlak disempurnakan pada fase tajalli. Tahap ini termasuk
penyempurnaan kesucian jiwa. Para sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan
kesucian jiwa hanya dapat ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah
dan memperdalam rasa kecintaan itu.
Karakteristik
Tasawuf Akhlaki
Adapun
ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:
1.
Melandaskan diri pada Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam
ajaran-ajarannya, cenderung memakai landasan Qur’ani dan Hadis sebagai kerangka
pendekatannya.
2.
Kesinambungan antara hakikat dengan syariat, yaitu
keterkaitan antara tasawuf (sebagai aspek batiniahnya) dengan fiqh (sebagai
aspek lahirnya).
3.
Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan
antartuhan dan manusia.
4.
Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan
akhlak dan pengobatan jiwa dengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan
tajalli).
5.
Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
Terminologi-terminologi yang dikembangkan lebih transparan.
Tokoh-Tokoh
Tasawuf Akhlaki
1.
Hasan Al-Bashri
Bernama
lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Adalah seorang zahid yang amat mashyur di
kalangan tabi’in. Ia lahir di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada
110 H (728 H).
Ajaran-Ajaran
Tasawufnya
Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut:
·
Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih
baik daripada rasa tenteram yang menimbulkan perasaan takut.
·
Dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu
dunia dengan perasaan benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah
darinya. Barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal
dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang
tidak dapat ditanggungnya.
·
Tafakur membawa kita pada kebaikan dan berusaha
mengerjakannya.
·
Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan
beberapa kali ditinggal mati suaminya.
·
Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi
dan sore hari karena berada diantara dua perasaan takut, yaitu takut mengenang
dosa yang telah lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta
bahaya yang akan mengancam.
·
Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang
senantiasa mengancamnya, hari kiamat yang akan menagih janjinya.
·
Banyak dukacita di dunia memperteguh semangat amal saleh.
Berkaitan
dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri, Muhammad Mustafa, guru besar filsafat
Islam menyatakan bahwa tasawuf Hasan Al-Bashri didasari oleh rasa takut siksa
Tuhan di dalam neraka. Setelah di teliti, ternyata bukan perasaan takut yang
mendasari tasawufnya tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian
dirinya yang mendasari tasawufnya.
2.
Al-Muhasibi
Bernama
lengkap Abu ‘Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-Baghdadi Al-Muhasibi.
Beliau lahir di Bashrah, Irak, tahun 165 H (781 M) dan meninggal tahun 243 H
(857 M).
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
a.
Makrifat
Al-Muhasibi
menjelaskan tahapan-tahapan makrifat sebagai berikut:
a)
Taat.
b)
Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya
yang memenuhi hati.
c)
Khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepda setiap
orang yang telah menempuh kedua tahap di atas.
d)
Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara
sufi dengan fana’ yang menyebabkan baqa’.
b. Khauf
dan Raja’
Dalam
pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati
posisi penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa. Kahuf dan raja’
dapat dilakukan dengan sempurna hanya dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan
As-Sunnah.
3.
Al-Ghazali
Bernama
lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’i
Al-Ghazali. Beliau dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan di kampung Ghazlah,
suatu kota di Khurasan, Iran tahun 450 H (1058 M).
Ajaran Tasawuf Al-Ghazali
Dalam
tasawufnya Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Quran dan
As-Sunnah Nabi Muhammad SAW ditambah dengan doktrin Ahlu As-Sunnah wa
Al-Jamaah.
Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan
hambatan-hambatan jiwa serta membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga
kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah SWT dan berhias dengan
selalu mengingat Allah SWT.
Al-Ghazali menolak paham hulul dan ittihad. Untuk itu, ia menyodorkan paham
baru tentang makrifat yaitu pendekatan diri kepada Allah SWT. Jalan menuju
makrifat adalah perpaduan ilmu dan amal, sementara buahnya adalah moralitas.
Ringkasnya, makrifat menurut Al-Ghazali adalah diawali dalam bentuk latihan
jiwa lalu diteruskan dengan menempuh fase-fase pencapaian rohani dalam
tingkatan-tingkatan dan keadaan.
Al-Ghazali juga menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan
berolah jiwa, sehingga sampai pada makrifat yang membantu menciptakan (sa’adah).
4.
Al-Qusyairi
Bernama
lengkap ‘Abdu Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishafur
dan wafat tahun 465 H.
Ajaran-Ajaran
Tasawufnya
·
Mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah.
·
Kesehatan batin.
·
Penyimpangan para sufi.[2]
B.
TASAWUF AMALI
Pengertian
Tasawuf Amali
Tasawuf
amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Tasawuf amali adalah seperti yang dipraktekan di dalam
kelompok tarekat, dimana dalam kelompok ini terdapat sejumlah sufi yang
mendapat bimbingan dan petujuk dari seorang guru tentang bacaan dan amalan yang
harus di tempuh oleh seorang sufi dalam mencapai kesempurnaan rohani agar dapat
berhubungan langsung dengan Allah. Setiap kelompk tarekat memiliki metode, cara
dan amalan yang berbeda satu sama lain. Berikut macam-macam maqom yang harus
dilalui seorang sufi, yaitu:
·
Al-Maqamat
Untuk
mencapai tujuan tasawuf seseorang harus menempuh jalan yang panjang dan berat,
perjalanan panjang dan berat tersebut dapat di pelajari melalui tahapan-tahapan
tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah al-Maqamat
(stasiun=tahap-tahap). Perjalanan panjang itu dibagi kepada 7 macam, yaitu:
Al-Taubah, Al-Wara’, Al-Zuhd, Al-Shabr, Al-Tawakkal dan Al-Ridho.
·
Al-Ahwal
Al-Ahwal
adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai karunia Allah, bukan
dari usahanya.
Mengenai
jumlah dan formasi al-Ahwal ini sebagian besar sufi berpendapat ada delapan,
yaitu: Al-Muraqabah, Al-Khauf, Al-Raja’, Al-Syauq, Al-Uns, Al-Thoma’ninah,
Al-Musyahadah dan Al-Yakin.[3]
Tokoh-Tokoh
Tasawuf Amali
1)
Rabiah Al-Adawiah
Bernama
lengkap Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Lahir tahun 95
H (713 H) di suatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat tahun 185 H
(801 M).
Rabiah
Al-Adawiah dalam perkembangan mistisisme dalam Islam tercatat sebagai peletak
dasar tasawuf berasaskan cinta kepada Allah SWT.
2)
Dzu Al-Nun Al-Mishri
Bernama
lengkap Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Lahir di Ikhkim, daratan tinggi Mesir
tahun 180 H (796 M) dan wafat tahun 246 H (856 M).
Al-Mishri membedakan ma’rifat menjadi dua yaitu ma’rifat sufiah adalah
pendekatan menggunakan pendekatan qalb dan ma’rifat aqliyah adalah pendekatan
yang menggunakan akal. Ma’rifat menurutnya sebenarnya adalah musyahadah
qalbiyah (penyaksian hati), sebab maa’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia.
3)
Abu Yazid Al-Bustami
Bernama
lengkap Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Syarusan Al-Bustami. Lahir di daerah
Bustam (Persia) tahun 874 M dan wafat tahun 947 M.
Ajaran
tasawuf terpenting Abu Yazid adalah fana dan baqa. Dalam istilah tasawuf, fana
diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Dan fana berarti mendirikan
sifat-sifat terpuji kepada Allah.
4)
Abu Manshur Al-Hallaj
Bernama
lengkap Abu Al-Mughist Al-Husain bin Mashur bin Muhammad Al-Baidhawi. Lahir di
Baida sebuah kota kecil di daerah Persia tahun 244 H (855 M)
Diantara
ajaran tasawufnya yang paling terkenal adalah Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud
yang kemudian melahirkan paham wihdad al-wujud (kesatuan wujud) yang di
kembangkan Ibnu Arabi.
C. TASAWUF
FALSAFI
Pengertian
dan Perkembangan Tasawuf Falsafi
Tasawuf
falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi
tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi
para tokohnya.
Menurut
At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dalam khazanah Islam sejak abad
keenam Hijriah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah seabad kemudian.
Sejak saat itu, tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang terutama di
kalangan para sufi yang juga filsuf, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Menurut At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang
samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka
yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang
sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq),
tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertiannya yang murni,
karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih
berorientasi pada panteisme.
Tokoh-Tokoh Tasawuf Falsafi
1)
Ibnu Arabi
Bernama lengkap Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami.
Lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 M. Di antara karya
monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang di tulis tahun 1201, dan masih
banyak karya lainnya.
Ajaran-Ajaran
Tasawufnya
a) Wahdat
Al Wujud
Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang wahdat al-wujusd (kesatuan wujud).
Menurut Ibnu Arabi wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud makhluk pada
hakikatnya adalah wujud Khaliq.
b) Haqiqah
Muhammadiyyah
Ibnu Arabi menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak bisa dipisahkan dari
ajaran Haqiqah Muhammadiyyah atau Nur Muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan
kejadian proses penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, wujud tuhan sebagai wujud mutlak yaitu dzat yang mandiri dan
tidak berhajat kepada suatu apapun.
Kedua, wujud Haqiqah Muhammadiyyah sebagai emansi (pelimpahan) pertama
dari wujud Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud dengan proses
tahapan-tahapannya.
c) Wahdatul
Adyan
Adapun yang berkenaan dengan konsepnya wahdat al-adyan (kesamaan agama), Ibnu
Arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu, yaitu hakikat Muhammadiyyah.
Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semua itu kepunyaan Allah.
2)
Al-Jili
Bernama lengkap ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Lahir
pada tahun 1365 M di Jilan (Gilan) sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspi dan
wafat tahun 1417 M.
Ajaran-Ajaran
Tasawufnya
a) Insan
Kamil
Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah paham insan kamil (manusia sempurna).
Menurut Al-Jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah
bagaikan cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya
sendiri, kecuali melalui cermin itu.
b) Maqamat
(Al-Martabah)
Al-Jili
merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menurut
istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkat itu
adalah: islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.[4]
3)
Ibnu Sab’in
Bernama lengkap ‘Abdul Haqq Ibnu Ibrahim Muhammad Ibnu Nashr, ia dilahirkan
tahun 614 H (1217-1218 M) di kawasan Murcia.
Ajaran-Ajaran
Tasawufnya
a) Kesatuan
Mutlak
Ibnu Sab’in adalah seorang pengasas sebuah paham dalam kalangan tasawuf
filosof, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Gagasan esensial pahamnya
sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata.
b) Penolakan
Terhadap Logika Arisotelian
Paham
Ibnu Sab’in tentang kesatuan mutlak telah mebuatnya menolak logika
Aristotelian. Oleh karena it dalam karyanya “Budd Al-‘Arif” ia berusaha
menyusun suatu logika baru yang bercorak iluminatif, sebagai pengganti logika
yang berdasarkan pada konsepsi jamak. Ibnu Sab’in berpendapat bahwa logika
barunya tersebut, yang dia sebut juga dengan logika pencapaian kesatuan mutlak,
tidak termasuk kategori logika yang bisa dicapai dengan penalaran, tetapi
termasuk penalaran Ilahi yang membuat manusia bisa melihat yang belum pernah
dilihatnya maupun mendengar apa yang belum di dengarnya.
d. Al-Ghazali
Al-Ghazali
nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad ibn al-Ghazali. Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi gelar Hujjatul Islam.
Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai pemintal wol.
Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan al-Ghazzali (yang
pemintal wol), sekalipun dia terkenal pula dengan al-Ghazali, sebagaimana
diriwayatkan al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab, yang dinisbatkan pada
suatu kawasan yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali lahir di Thus, kawasan
Khurasan, tahun 1059 M. Ia pernah belajar kepada Imam al-Haramain al-Juwaini, seorang guru besar
di Madrasah al-Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu agama, al-Ghazali
mempelajari teologi, pengetaauan alam, filsafat dan lain-lain, tetapi akhirnya
ia memilih tasawuf sebagai jalan hidupnya. Setelah bertahun-tahun menggembara
sebagai sufi, ia kembali ke Tus di tahun 1105 M dan meninngal di sana tahun 1111
M.
Di bidang
tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup banyak, yang paling penting adalah Ihya’
‘Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan secara terinci
pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun moral
agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-Dhalal, dimana ia
menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj al-‘Abidin, Kimia’
al-Sa’adah, Misykat al-Anwar dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar